Pengertian keluarga berencana
sakinah, mawadah, warahmah dapat dijelaskan
sebagai berikut: keluarga
yang dibangun dengan niat dan perencanaan yang matang berdasar atas
apa yang tertulis dalam Al-Qur’an dan petunjuk Rasulullah
Muhammad
Saw. Yaitu keluarga
yang saling mencintai
dan mengasihi, penuh pengertian, dan selalu mendukung satu sama
lain untuk mencapai tujuan dan hanya mengharap
ridho Allah semata.
Membangun
keluarga berencana tentu didahului dengan pernikahan/perkawinan. Perkawinan adalah impian dan harapan setiap
insan, karena dengan
adanya perkawinan terbentuklah rumah tangga
sebagai tempat memperoleh
kebahagiaan dan kenikmatan
hidup untuk menghadapi
kesulitan yang ditemui sehari-hari atau di saat menerima kesenangan telah ada tempat mencurahkan isi hati.
Setiap pasangan
suami istri yang telah memasuki gerbang kehidupan rumah tangga, tentu bermaksud
membentuk keluarga bahagia, sejahtera lahir dan batin. Tujuan tersebut,
sebagaimana
dinyatakan dalam Undang-Undang
Perkawinan No. 1 Tahun 1974, bahwa perkawinan adalah
ikatan lahir batin antara seorang pria
dan
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa. Kemudian dari keluarga seperti ini kelak akan terwujud masyarakat yang rukun, damai, adil, dan
makmur, baik secara material maupun spiritual.
“Istilah sakinah digunakan Al-Qur’an untuk
menggambarkan kenyamanan keluarga. Istilah
ini mempunyai akar kata yang sama dengan “sakanun” yang berarti tempat tinggal. Bisa disimpulkan bahwa istilah tersebut
digunakan Al-Qur’an untuk
menyebut tempat berlabuhnya setiap anggota
keluarga dalam suasana
yang nyaman dan
tenang, sehingga menjadi lahan subur
untuk tumbuhnya cinta kasih (mawadah warahmah)
di antara sesama anggota keluarga.” Lebih
lanjut dapat dipahami pengertian masing-masing kata sakinah, mawadah, warahmah sebagai berikut:
Pengertian sakinah: sakinah menurut
bahasa berarti kedamaian, ketenteraman, ketenangan, dan
kebahagiaan. Dalam sebuah
pernikahan, pengertian sakinah
berarti membina atau membangun
sebuah rumah tangga yang penuh dengan kedamaian, ketenteraman, ketenangan, dan
kebahagiaan.
Pengertian mawadah: mawadah menurut bahasa berarti cinta atau harapan. Dalam sebuah pernikahan, cinta
adalah hal penting yang harus ada dan
selalu ada pada sebuah pasangan suami
istri. Mawadah juga berarti selalu mencintai, baik di kala senang maupun susah.
Pengertian
warahmah: warahmah
memiliki kata dasar rahmah yang artinya kasih sayang dan kata "wa", di sini hanya sebagai kata sambung yang maknanya "dan". Di dalam sebuah
keluarga kasih sayang adalah hal
penting yang harus ada dan selalu dijaga agar impian menjadi keluarga bahagia
bisa tercapai. Jika kita gabung arti
sakinah, mawadah, warahmah berarti keluarga yang selalu diberikan kedamaian,
ketenteraman, penuh cinta, dan kasih sayang.
Pasti semua keluarga
mendambakan ingin
menjadi
keluarga
yang
seperti
itu.
Kunci
utama
untuk
mendapatkan
keluarga yang sakinah,
mawadah, warahmah adalah
meluruskan niat kita berkeluarga karena ingin mendapat
ridho dari Allah Swt. Banyak orang yang berkeluarga dengan niat yang
kurang lurus, sehingga keluarga yang dibina akan menjadi
keluarga yang kurang bahagia.
Allah Swt
telah memberikan seperangkat
aturan yang lengkap
untuk digunakan manusia
dalam seluruh aspek kehidupannya. Islam telah memberikan
gambaran yang paling indah mengenai
keluarga yang bahagia. Dalam Islam keluarga dibangun sesuai
dengan tujuan yang
telah ditetapkan oleh syariat,
yakni dalam rangka beribadah kepada Allah Swt, menjaga kehormatan, melahirkan
keturunan, dan mempererat silaturahmi.
Hakikat
kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga dalam Islam bukanlah pada banyaknya
materi, melainkan pada sejauh mana
keluarga tersebut senantiasa terjaga dalam iman dan takwa kepada Allah Swt. Mengenai keluarga bahagia, kiat-kiat apa saja yang paling utama dalam membangun rumah tangga bahagia? Silakan kunjungi "9 Langkah Agar Perkawinan Bahagia".
Islam telah
memberikan proporsi tugas dan fungsi masing-masing anggota keluarga yang
harmonis, diliputi suasana iman,
takwa, dan
bahagia. Suami sebagai kepala keluarga, pemimpin keluarga dan wajib memberikan nafkah pada istri dan anaknya. Sementara itu istri memiliki tugas utama sebagai
ibu dan pengatur rumah tangga.
Sebagai anak bertugas untuk berbuat baik, patuh, dan taat kepada orang tua
selagi orang tua memberikan perintah dan
nasihat yang baik dan benar. Lengkapnya silakan baca "Tips Jitu Agar Harmonis Dalam Rumah Tangga".
Kewajiban kita
sebagai manusia marilah
menyamakan langkah dalam
beramar makruf nahi mungkar
berjuang mewujudkan keluarga
yang sakinah, mawaddah, warahmah, melahirkan keturunan yang
saleh dan mandiri.
Insya Allah, sekalipun perjuangan terasa berat, tapi kita akan
menuai hasil di
dunia
dan
membahagiakan
di
akhirat.
Semoga
kita
dapat
mewujudkan keluarga bahagia
dan sejahtera untuk
selamalamanya. Amin.
Alhamdulillah,
menurut Ustadz Yusuf Mansur pengertian keluarga sakinah
didapat beberapa kesimpulan
yang dapat sebagai
pelajaran yang sederhana, mudah dan seharusnya dapat dilakukan oleh kita semua
untuk memperoleh keluarga sakinah, keluarga bahagia
sejahtera untuk menuju
keluarga sakinah, mawadah,
warahmah tersebut pembelajaran tersebut dapat kita lakukan antara lain:
1. Selalu ingat
kepada Allah, dengan
memperbaiki salat, berzikir, berpikir, dan beramal Shalat seharusnya bisa menjadi jalan bagi solusi rohaniyah, jasmani, sekaligus finansial kita. Bagi lelaki
salat tepat waktu dan berjamaah
di masjid/ musala sudah menjadi
keharusan dan ini menjadi PR (pekerjaan rumah) yang harus dij aga
dan menjadi budaya. Insya Allah banyak
manfaat yang kita dapat. Terlalu
banyak yang harus ditulis mengenai manfaat ini, intinya coba dan yakini hasilnya. Lakukan semaksimal kita
bisa. Insya Allah manfaat akan kita
rasakan.
Selain itu tambahkan
salat-salat sunah seperti
Rawatib (Qobliyah atau Ba’diyah selepas salat wajib), salat
Dhuha, salat Tahajud, salat hajat, dan
lainnya. Untuk wanita atau istri dengan membangunkan suami untuk salat berjamaah sudah termasuk dalam hal ini. Pahala dan manfaatnya sama.
2. Mencintai Rasulullah dan menjalankan sunnahnya.
Tentunya dengan menjalankan apa
yang dilakukan oleh Rasul, insya Allah keluarga sakinah yang kita impikan dapat
kita raih. Amalan-amalan sunah
seperti salawat, membaca AlQur’an,
mencari ilmu, dan lain sebagainya sudah barang tentu menjadi hiasan di rumah kita.
Demikianlah kesimpulan sederhana yang diambil dari audio file Ustadz
Yusuf Mansur tersebut. Masih banyak kekurangannya bila belajar salat tidak dengan praktik. Selanjutnya
menjalankan sunah dan mempelajari
sunah Rasul merupakan amalan yang sangat dianjurkan. Mendengarkan gaya Ustadz
Yusuf Mansur bertutur dan bercerita
jauh dari kesan menggurui membuat kita mudah mencerna nasihat-nasihatnya
dalam menjalankan sunah Rasul.
3. Perbanyak Sedekah
Sedekah yang mempunyai
dimensi pribadi dan
sosial merupakan solusi untuk
keluarga sakinah. Intinya
dengan banyak berbagi
ketenangan hati dapat dimiliki serta janji bahwa apa yang kita berikan akan mendapatkan reward 10 kali lipat atau lebih pasti akan kita dapatkan. Janji-Nya
tidak pernah dipungkiri. Sesungguhnya
pekerjaan rumah terbesar
kita adalah sejauh mana
meyakini janji-janji-Nya.
4. Lihat ke bawah ketika berjalan, jangan
terlalu banyak lihat ke atas. Jangan terlalu
banyak melihat kelebihan
orang lain, kekayaan orang lain, atau status orang lain yang
lebih tinggi. Lihatlah sekeliling kita yang
lebih kekurangan dari kita. Sehingga timbul
rasa syukur dan
tenang dalam hati
kita. Biasakan berbagi menjadi sikap
hidup kita bersama.
5. Terus-menerus belajar sampai meninggalkan dunia fana Belajar dari pengalaman hidup masa lalu, akan menambah
wawasan dan ide-ide
cemerlang yang dapat dilakukan oleh setiap orang, sehingga akan mengantarkan kita menuju
hidup sukses baik di dunia sampai di akhirat kelak.
Memang, setiap manusia, termasuk kita pembaca buku ini selalu menginginkan keluarga yang sakinah,
mawadah, dan warahmah. Nah, untuk itu apa saja sih yang harus dilakukan
untuk mencapai keluarga yang diimpikan? Ikuti yuk tips dari keluarga sakinah berikut ini:
a. Jangan
Melihat Ke Belakang
Setiap orang pasti memiliki masa lalu baik yang bagus
maupun yang kelam. Termasuk
pasangan. Di masa lalu pun
mungkin ada sepenggal kisah tak mengenakan
yang pernah mewarnai rumah tangga.
Jika tak ingin terseret dalam arus negatif, lupakan hal-hal buruk
yang pernah terjadi.
Sambutlah masa depan
dengan senyuman. Setiap
orang pernah
melakukan kesalahan dan berhak untuk
menjadi lebih baik. Termasuk,
jangan mengingat-ingat lagi
mantan orang yang dicintai
saat belum menikah dulu.
b. Selalu
Berpikir Objektif
Saat kalut menghadapi suatu hal, kadang kala pikiran jadi ruwet dan segalanya tampak suram. Ini terjadi
jika kita ikut
terpancing secara emosional. Padahal, masalah apa pun itu, termasuk konflik dengan suami maupun anak-anak, membutuhkan pikiran yang
jernih untuk menyelesaikannya.
Apalagi jika muncul pihak
ketiga yang berusaha
memprovokasi. Beri jeda
waktu agar pikiran menjadi dingin dan lepas dari segala beban emosional.
Setelah
merasa tenang, barulah mencari
solusi diawali dengan saling
mendengarkan antara kedua pihak.
c. Fokus Pada
Kelebihan Pasangan
Kita pasti pernah merasa tidak percaya diri dengan diri sendiri.
Atau pernah juga dikritik oleh orang lain. Artinya,
kita masih memiliki banyak kekurangan. Begitu
pula dengan pasangan kita. Saat
masih gadis mungkin kita selalu
berangan-angan tentang pendamping hidup yang tampan, baik hati, terhormat, dan
berkecukupan.
Namun setelah menjalani rumah tangga beberapa tahun, kita mulai tahu sifat aslinya, kebiasaan
buruknya yang mungkin membuat penilaian
kita menjadi berubah. Ternyata dia
posesif, ternyata dia pelupa, dan lain
sebagainya. Tapi pasti kita juga menemukan banyak kelebihan suami yang dulu tidak diketahui.
Ternyata dia penyayang dan
perhatian, tiap lihat makanan kesukaan kita
sepulang kantor pasti dibelikan. Ternyata dia jago masak nasi goreng, dan lain-lain.
Nah, fokuslah pada
hal-hal baik ini.
Kalaupun tidak bisa
menyingkirkan keburukannya dari
depan mata, temukanlah alasan
bahwa itu di balik itu ada hikmahnya. Oh,
mungkin dia posesif
karena amat mencintai kita, begitu….
d.
Saling
Percaya
Kunci dari sebuah hubungan adalah rasa percaya. Tanpa rasa saling percaya, kehidupan rumah tangga tentu tak akan berjalan mulus. Rasa aman, nyaman, tenteram yang menjadi salah satu tujuan pernikahan
tidak
akan muncul. Bagaimana
bisa tenang kalau ‘Bunda’ dan ‘Sista’ (bukan
nama sebenarnya) selalu gelisah, curiga, dan khawatir memikirkan sedang apa si dia di luar
sana?
Jangan-jangan dia ketemu sama klien yang cantik bukan main, jangan-jangan dia melihat seseorang
yang lebih salehah
dan membandingkannya dengan
kita. Begitu pula
jika suami berlaku
demikian. Kuncinya, selalu khusnudzon dan jangan sia-siakan kepercayaan
yang diberikan suami.
e.
Kebutuhan
Seks
Perkawinan tanpa seks
bisa dibilang seperti sayur tanpa garam. Hambar. Ya, seks memang perlu. Dan meski aktivitas seks sebetulnya bertujuan untuk
memperoleh keturunan,
namun manusia perlu
juga mengembangkan seks untuk
mencapai kebahagiaan bersama pasangan hidupnya.
Prinsip hubungan seks yang baik adalah adanya keterbukaan
dan kejujuran dalam
mengungkapkan kebutuhan Anda
masing-masing. Intinya, kegiatan seks adalah
untuk saling memuaskan, namun perlu dihindari adanya kesan mengeksploitasi pasangan. Kegiatan seks yang menyenangkan akan memberikan dampak positif
bagi istri dan suami.
f. Hindari
Pihak Ketiga
Setelah ijab kabul
terucap dan sah
menjadi pasangan suami-istri, maka tidak
mustahil bisa saja kemudian
timbul permasalahan, maka selesaikanlah berdua saja. Tentunya suami-istri lebih banyak mengetahui keadaan dan arah rumah tangga ke depan.
Tak
perlulah melibatkan orang lain.
Banyak cerita tentang
membesarnya konflik justru
setelah pihak ketiga
terlibat maupun sengaja
dilibatkan, entah itu mertua,
saudara ipar, tetangga, dan sebagainya.
Kalaupun ingin mendapat nasihat atau memiliki sudut pandang yang berbeda, maka mintalah pada seseorang yang sudah
teruji pengalaman hidupnya, yang telah
diketahui bai akhlaknya dan yang kemungkinan
tidak akan melibatkan
emosi pribadi dalam memberikan nasihat.
g. Menjaga
Romantisme
Terkadang, pasangan yang
sudah cukup lama membangun mahligai
rumah tangga tak
lagi peduli pada soal yang satu ini. Padahal, menjaga romantisme
dibutuhkan oleh pasangan suami istri
sampai kapan pun, tak
cuma ketika mereka berpacaran. Sekadar memberikan bunga, mencium pipi, menggandeng tangan, saling memuji, atau berjalan-jalan
menyusuri tempat-tempat romantis
akan kembali memercikkan rasa cinta kepada pasangan hidup Anda.
Tentu, ujung-ujungnya pasangan suami-istri akan merasa semakin
erat dan saling membutuhkan. Meski sepele,
pujian atau perhatian sangat besar pengaruhnya bagi suami lho, dan sebaliknya. Memberikan pujian ringan seperti “Masakan Mama hari ini luar biasa, lho!” atau “Wah, Papa
tambah keren pakai dasi itu.” Ucapan- ucapan
sepele seperti itu akan memberikan dorongan/
semangat yang luar biasa. Pasangan
Anda pun akan merasa dihargai.
h. Selalu
Utamakan Komunikasi
Komunikasi juga merupakan
salah satu pilar langgengnya hubungan suami
istri. Hilangnya komunikasi berarti hilang pula salah satu pilar
rumah
tangga. Komunikasi yang dimaksud di
sini bukan hanya ngobrol-ngobrol
saja. Komunikasi ini dimaksudkan untuk saling mengerti. Dan, sebaiknya
lepaskanlah hal hal yang berbau prasangka dan emosi.
Menjaga komunikasi bisa
diawali dengan kebiasaan ngobrol dan duduk bersama. Sampaikan apa
yang istri merasa perlu diketahui
suami atau anak. Buat iklim rumah
tangga menjadi terbuka sehingga tidak ada anggota keluarga yang merasa tidak
didengarkan.
h. Jaga
Spiritualitas Rumah Tangga
Salah satu pij akan yang paling utama seorang rela berumah tangga adalah karena adanya ketaatan pada syariat Allah. Padahal, kalau menurut
hitung-hitungan materi, berumah
tangga itu melelahkan. Justru di situlah nilai pahala yang Allah janjikan.
Ketika masalah nyaris
tidak menemui ujung pangkalnya, kembalikanlah itu
kepada sang pemilik masalah, Allah Swt. Sertakan
rasa baik sangka kepada Allah Swt. Tataplah
hikmah di balik setiap masalah. Insya
Allah, ada kebaikan dari semua masalah yang kita hadapi. *** (Ir. HM.
Bargumono, M.Si.)