Search This Blog

Pages

Sunday, 6 March 2016

Kiat Sukses Mengelola Konflik Dalam Keluarga


Keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah adalah harapan semua orang yang akan dan telah memasuki gerbang pernikahan. Kata- kata ini sangat mudah diucapkan dan dibayangkan, tetapi untuk mencapainya tak segampang yang kita ucapkan atau kita bayangkan tersebut. Membangun keluarga sakinah adalah sebuah proses. Keluarga sakinah bukan berarti keluarga yang tanpa masalah, akan tetapi lebih kepada adanya keterampilan untuk mengelola konflik yang terjadi di dalamnya.

Secara garis besar ada tiga jenis konflik dalam rumah tangga yaitu mencegah terjadinya  konflik, mengelola konflik bila terlanjur terjadi, dan membangun kembali perdamaian setelah konflik reda. Ada hal lain yang perlu kita pahami, yaitu bagaimana meminimalkan konflik dalam keluarga. Setidaknya ada tiga hal penting yang patut kita cermati berkaitan dengan masalah ini.


1.      Siap Dengan Situasi Yang Tak Terduga

Hidup akan terasa mudah apabila semua yang terjadi sesuai dengan harapan. Setiap kita akan selalu siap untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Namun bagaimanapun, gelombang setiap orang itu berbeda-beda, lagi pula tidak semua orang harus sama dengan kita, maka mau tidak mau kita harus mempersiapkan diri agar potensi konflik akibat perbedaan ini tidak sampai muncul dan merusak.

 
Bisa jadi pasangan kita tidak seideal yang kita impikan, namuk kita harus berlapang dada seandainya apa yang kita idamkan ternyata tidak ada pada diri pasangaan kita, juga sebaliknya, apabila yang luar biasa kita benci ternyata malah terdapat dalam diri pasangaan kita, tentunya kitapun harus memiliki kesabaran ektra dalam menyikapinya, itulah sedikit cara bagi kita agar senantiasa siap dengan hal yang tidak terduga.


2.      Memperbanyak Pesan Diri

Tindak lanjut dari kesiapan menghadapi perbedaan adalah dengan memperbanyak pesan diri, semakin pasangan kita mengetahui tabiat dan kebiasaan kita, maka akan semakin siap pula ia menghadapi kita. Misalnya, apabila isteri kita terbiasa mendengkur ketika tidur, maka agar suami siap menghadapi kebiasaan itu, sang isteri dapat mengatakan “ pak, kata orang kalau saya tidur itu suka mendengkur, jadi bapak siap- siap saja, karena sebetulnya saya sendiri juga tidak berniat mendengkur”. seorang suamipun bisa mengatakan keinginaannya pada sang isteri, misalnya ketika suami ingin bangun malam, ia bisa mengatakan “ kalau jam tiga saya suka bangun untuk shalat tahajud, jadi tolong bangunkan saya, sebab saya suka menyesal kalau tidak tahajud, dan kalau sedang tahajud, saya tidak ingin ada suara yang mengganggu”.
Melalui pesan diri seperti itu, diharapkan tidak terjadi riak- riak masalah akibat tidak saling memahami nilai-nilai dari pasangan hidupnya. Sangat mungkin seseorang membuat kesalahan akibat dia tidak tahu tata nilai kita yang dampaknya akan banyak muncul ketersinggungan, disinilah perlunya kita belajar memberitahukan apa yang kita inginkan, inilah esensi dari pesan diri.

Dengan mempertegas pesan diri, diharapkan peluang konflik tidak membesar, karena kita telah mengkondisikan agar orang memahami kita. jangan sungkan untuk menyatakan harapan ataupun keberatan-keberatan kita, justru dengan keterbukaan seperti itu pasangan kita akan lebih mudah dalam menerima diri kita.

0 comments:

Post a Comment

Terima Kasih Atas Kunjungannya, Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Ya

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com